Selasa, 11 Januari 2011

pertentangan-pertentangan sosial dan integrasi masyarakat

Bab 8
PERTENTANGAN-PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT
      1 . Perbedaan kepentingan
Perbedaan kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini bersitaf esensial bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri, jika individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka ia akan merasa puas dan sebaliknya kegagalan dalam memenuhi kepentingan menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya.

Oleh karena itu, individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang yang sama persis dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohani, maka dengan sendirinya timbul perbedaan individu dalam hal kepentingannya. Perbedaan kepentingan itu antara lain adalah :
1. Kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang.
2. Kepentingan individu untuk memperoleh harga diri.
3.Kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang sama.
4. Kepentingan individu untuk memperoleh prestasi dan posisi.
5. Kepentingan individu untuk dibutuhkan orang lain.
6. Kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan didalam kelompoknya.
7. Kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.
8. Kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri.


Permasalahan utama dalam tinjauan konflik ini adalah adanya jarak yang terlalu besar antara harapan dengan kenyataan, itu disebabkan oleh sudut pandang yang berbeda antara penguasa atau pemerintah sebagai pemegang kendali ideology dengan berbagai kelompok kepentingan sebaga sub-sub ideology.
Ada beberapa fase yang secara tidak langsung menyebabkan terjadinya konflik tersebut :


1. Fase disorganisasi yang terjadi karena adanya kesalah-pahaman (akibat pertentangan antara harapan     dengan standar normative) yang menyebabkan sulit atau tidak dapatnya satu kelompok sosial menyesuaikan diri dengan norma ideology.
2. Fase dis-integrasi (konflik) yaitu pernyataan tidak setuju dalam berbagai bentuk seperti timbulnya emosi massa, protes, aksi mogok, pemberontakan, dll.


2. PRASANGKA,DISKRIMINASI, DAN ETHNOSENTRISME.


a. Prasangka dan diskriminasi.


    Prasangka dan diskriminasi adalah dua hal yang ada relevansinya, kedua tindakan tersebut dapat merugikan pertumbuh-kembangkan dan bahkan integrasi masyarakat. Prasangka mempunyai dasar pribadi, dimana setiap orang memilikinya, sejak masih kecil unsur untuk bermusuhan sudah nampak. Melalui proses belajar dan semakin besarnya manusia, membuat sikap cenderung membeda-bedakan dan sikap tersebut menjurus kepada prasangka. Perbedaan pokok antara prasangka dan diskriminatif adalah bahwa prasangka menunjukan pada aspek sikap, sedangkan diskiminatif pada aspek tindakan.
Prasangka ini sebagian bersifat apriori atau tidak berdasarkan pengalaman sendiri, prasangka bias diartikan sebagai sikap yang tergesa-gesa, berdasar generalisasi yang terlampau cepat dan berat sebelah. Jika prasangka disertai dengan agresivitas dan rasa permusuhan, semuanya tidak disalurkan secara wajar, biasanya orang yang bersangkutan mencoba mendiskriminasi pihak-pihak lain yang belum tentu salah, dan akhirnya dibarengi dengan justifikasi diri, yaitu pembenaran diri terhadap semua tingkah laku sendiri.
Sebab-sebab timbulnya prasangka dan diskriminasi.


1. Latar belakang sejarah.
2. Dilatar belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional.
3. Bersumber dari faktor kepribadian.
4. Perbedaan keyakinan, kepercayaan, dan agama.


Usaha mengurangi/ menghilankan prasangka dan diskriminasi.
1. Perbaikan kondisi sosial ekonomi.
2. Perluasan kesempatan belajar.
3. Sikap terbuka dan sikap lapang.
b. Ethnosentrisme.
Ethnosentrisme yaitu anggapan suatu bangsa / ras yang cenderung menganggap kebudayaan mereka sebagai suatu yang prima, riil, logis, sesuai dengan kodrat alam dan beranggapan bahwa bangsa / ras lain kurang baik dimata mereka, akibatnya adalah penampilan ethnosentrik yang dapat menjadi penyebab utama kesalah pahaman dalam berkomunikasi.
PERTENTANGAN-PERTENTANGAN SOSIAL / KETEGANGAN DALAM MASYARAKAT.
Konflik mengandung pengertian tingkah laku yang lebih luas daripada yang biasa dibayangkan orang yang mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar atau perang. Dalam hal ini terdapat tiga elemen dasar yang merupakan cirri-ciri dari situasi konflik, yaitu :
1. Terdapat dua atau lebih unit-unit atau bagian yang terlibat dalam konflik.
2. Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan, tujuan, masalah sikap, maupun gagasan-gagasan.
3. Terdapat interaksi diantara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan tersebut.
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengan kebencian atau permusuhan, konflik dapat terjadi pada lingkungan seperti dibawah ini :
1. Pada taraf didalam diri seseorang, konflik menunjuk adanya pertentangan, ketidakpastian, atau emosi dan dorongan yang antagonisme dalam diri seseorang.
2. Pada taraf kelompok, kelompokk dalam tujuan, nila-nilai dan norma, motivasi untuk menjadi anggota kelompok, serta minat mereka.
3. Pada taraf masyarakat, konflik ini bersumber pada perbedaan antara nilai-nilai dan norma-norma kelompok dengan nilai-nilai dan norma-norma dimana kelompok yang bersangkutan berada.
Ada beberapa cara pemecahan konflik tersebut :
1. Eliminasi, yaitu pengunduran diri dari salah satu pihak yang terlibat dalam konflik, yang diungkapkan dengan ungkapan “kami mengalah”.
2. Domination, artinya pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa pihak lain untuk mengalah dan menaatinya.
3. Majority rule, artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting.
4. Minority consent, yaitu kelompok mayoritas yang menang, namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakat untuk melaksanakan kegiatan bersama.
5. Compromisme, artinya semua sub kelompok yang terlibat dalam konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah (halfway).
6. Integration (integrasi), artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan, dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak.
Golongan-golongan yang berbeda dan integrasi sosial.
a. Masyarakat majemuk dan Nation Indonesia.
Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan golongan sosial yang dipersatukan oleh kekuatan nasional yang berwujud Negara Indonesia. Untuk lebih jelasnya dikemukakan aspek dari masyarakat tersebut :
1. Suku bangsa dan kebudayaannya.
2. Agama.
3. Bahasa.
4. Nasion Indonesia.
b. Integrasi.
Masalah besar yang dihadapi Indonesia setelah merdeka adalah integrasi diantara masyarakat yang majemuk. Integrasi bukan peleburan, tetapi keserasian persatuan.
c. Integrasi Sosial.
Integrasi sosial (masyarakat) dapat diartikan adanya kerja sama dari seluruh anggota masyarakat mulai dari individu, keluarga, lembaga masyarakat secara keseluruhan. Bahwa bangsa Indonesia pada hakikatnya adalaha satu, corak ragam budaya menggambarkan kekayaan budaya bangsa yang menjadi modal mengembangkan budaya bangsa seluruhnya, sehingga menjadi modal dasar bagi terwujudnya integrasi sosial – integrasi nasional.
d. Integrasi Nasioanl.
Integrasi Nasional merupakan masalah yang dialami semua Negara atau nation didunia, yang berbeda adalah bentuk permasalahan yang dihadapinya. Contohnya perang saudara di Nigeria antara bangsa Hausa, Fulani, Ibo, dan Yoruba. Menghadapi masalah integrasi sebenarnya tidak memiliki kunci yang pasti karena masalah yang dihadapi berbeda dan latar belakang susio-kultural nation state berbeda pula, sehingga integrasi diselesaikan sesuai dengan kondisi Negara yang bersangkutan, dapat dengan jalan kekerasan atau strategi politik yang lebih lunak.
Beberapa permasalahan integrasi nasional :
1. Perbedaan ideology.
2. Kondisi masyarakat yang majemuk.
3. Masalah territorial daerah yang berjarak cukup jauh.
4. Pertumbuhan partai politik.
Upaya pendekatan :
1. Mempertebal keyakinan seluruh warga Negara terhadap ideologi nasional.
2. Membuka isolasi antar berbagai kelompok etnis dan antar daerah dengan membangun sarana komunikasi, informasi, dan transformasi.
3. Menggali kebudayaan daerah untuk menjadi kebudayaan nasional.
4. Membentuk jaringan asimilasi bagi berbagai kelompok etnis baik pribumi atau keturunan asing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar